lucu

Widget-Animasi-Blog - See more at: http://www.komputerseo.com/2010/12/cara-memasang-gambar-animasi-lucu-di.html#sthash.oJZg9GyN.dpuf

Rabu, 14 Maret 2012

Artikel menulis


Pandangan mahasiswa tentang kewajiban menulis karya ilmiah sebagai syarat kelulusan
Pandangan saya terhadap  surat edaran DIKTI yang secara “jelas” mengharuskan mahasiswa S1, S2 dan S3 untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah saya mendukung langkah tersebut karena mengingat masih rendah nya tingkat publikasi karya ilmiah anak bangsa,dan juga mendorong mahasiswa yang tadinya males-malesan belajar sekarang berpikir dengan adanya surat keputusan itu mereka harus bisa,juga dengan adanya surat keputusan ini bisa membuat mahasiswa berpikir dan juga mendorong mahasiswa supaya jadi mahasiswa yang cerdas bukan hanya mengandalkan internet saja tetapi dengan berpikir bagaimana cara menghasilkan hasil karya sendiri
Menurut Suyatno, aturan mewajibkan menulis karya ilmiah di jurnal ilmiah sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana bisa berujung pada penyusunan jurnal asal-asalan. Dia menekankan jika Kemendikbud perlu mengkaji ulang kebijakan ini. Minimal sampai ada perbaikan sistem dan dukungan peralatan penunjang keberadaan karya ilmiah mahasiswa. "Bagi kampus swasta di Papua, komputer itu masih sangat terbatas," kata dia.
     Selain alasan belum siapnya jumlah jurnal ilmiah, Suyatno juga mengatakan aturan ini bisa menghambat kelulusan sarjana baru. Sebab, selama ini kelulusan program sarjana cukup dengan memenuhi jumlah SKS (satuan kredit semester) dan pembuatan skripsi.
     Di bagian lain, Direktur Jenderal (Dirjen) Dikti Kemendikbud Djoko Santoso menegaskan aturan ini jalan terus. "Kalau memang ada kampus yang menolak silakan," kata dia. Toh pada akhirnya, menurut Djoko, masyarakat bisa menilai ternyata sarjana jebolan kampus negeri lebih unggul ketimbang kampus swasta. Alasannya, sarjana jebolan kampus negeri mampu menulis karya ilmiah yang dimuat di jurnal ilmiah. Penilaian masyarakat ini bisa berpengaruh pada akses pekerjaan para sarjana.
Menurut R. Dachroni, Ketua Umum KAMMI Kepulauan Riau dan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Riau kita pun harus Niat baik dari Dirjen Dikti sebenarnya harus direspon positif oleh Perguruan Tinggi (PT) karena memang ini untuk menumbuhkan
semangat intelektualisme di PT yang tentunya ditunjukkan dengan bukti-bukti dan aktivitas menulis karya tulis di jurnal.
Menurut Mazhab Gelar instant juga kita pun harus tetap objektif, jika tidak semua universitas memiliki infrastruktur yang mendukung untuk memberlakukan edaran Dikti tersebut. Tidak semua universitas memiliki jurnal ilmiah cetak. Maka salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah pemberlakuan secara bertahap dan fleksibel. Misalnya membolehkan diterbitkan secara online, atau diterbitkan di media lain seperti majalah, namun tetap relevan dengan karya tersebut. Aturan fleksibel mengenai bentuk jurnal ini, sekaligus menjawab keresahan akan terbatasnya jurnal cetak yang ada. Dengan demikian, sudah saatnya kita menyambut hal ini sebagai hal yang positif dalam rangka menumbuh kembangkan spirit intelektualisme civitas akademika sebuah perguruan tinggi.
memang selayaknya kita  harus mempunyai kemampuan menghasilkan publikasi ilmiah yang menjadi salah satu indikator maju tidaknya kelembagaaan pendidikan tersebut. Sehingga kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam menerapkan publikasi ilmiah dalam jurnal menjadi prasarat jaminan kualitas pada mahasiswa yang lulus adalah suatu yang menurut hemat kami logis dan dapat diterima,
Namun kita juga harus tetap objektif, jika tidak semua universitas memiliki infrastruktur yang mendukung untuk memberlakukan edaran Dikti tersebut. Tidak semua universitas memiliki jurnal ilmiah cetak. Maka salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah pemberlakuan secara bertahap dan fleksibel. Misalnya membolehkan diterbitkan secara online, atau diterbitkan di media lain seperti majalah, namun tetap relevan dengan karya tersebut. Aturan fleksibel mengenai bentuk jurnal ini, sekaligus menjawab keresahan akan terbatasnya jurnal cetak yang ada. Dengan demikian, sudah saatnya kita menyambut hal ini sebagai hal yang positif dalam rangka menumbuhkembangkan spirit intelektualisme civitas akademika sebuah perguruan tinggi (Mazhab Gelar Instant)
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com pendapat mengenai pengesahan dirjen dikti terkait jurnal
www.blogspot.com

Selasa, 06 Maret 2012

Pembelajaran menulis


Pengajaran kooperatif tife team achievement division(stad)
Bagi peningkatan kemampuan menulis
Sutarman

Pembahasan
Model pembelajaran akan bersangkutan langsung dengan konsep pendekatan,metode,dan teknik pembelajaran. Ketiga konsep tersebut  perlu dikuasai guru dengan terampil.
Hasil observasi dan pengalaman penelitian terhadap proses belajar mengajar bahasa Indonesia, menunjukan bahwa proses pembelajaran masih dikelola secara menonton dan konvensional. Keterampilan menulis memang memiliki tingkat kompleksitas yang cukup tinggi,kegiatan menulis baru dapat terlaksana setelah manusia belajar dahulu mengenai bahasa tertulis karena keterampilan ini berbeda dengan keterampilan menyimak  dan berbicara yang dimiliki manusia normal sejak lahir
Hal tersebut di atas dipertegas oleh Rusyana (1984: 191) yang mengemukakan bahwa kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan di dalamnya,setelah masalah kompleksitas,rendahnya kemampuan menulis mengindikasikan bahwa proses pembelajaran menulis di setiap jenjang pendidikan belum berjalan optimal
Model pembelajaran
Model mengajar ialah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam melaksanakan kurikulum, menyusun materi pengajatan, dan member arah di kelas atau pun lainya. Karakteristik setiap model pengajaran ditandai oleh unsure-unsur (1) Orientation to the model (orentasi model ) menggambarkan tujuan, teori, asumsi, prinsip dan konsep pokok yang mendasar dari sebuah model. (2) the model of  teaching (model mengajar) menggambarkan ketepatan aktivitas yang terjadi.
Karakter setiap model pengajaran ditandai oleh unsur- unsure (1) orientation to the model ( orientasi model), (2) the model of teaching (model mengajar) (3) application (penerapan) (4) instructional and nurturant effect(dampak imstruksional dan penyerta ) (joyce&weil,2000:14) unsure-unsur di atas merupakn hal yang harus ada dalam setiap model pembelajaran.
Psikologi belajar bahasa
Perkembangan ilmu psikologi berpengaruh padanperkembangan “metode” pembelajaran bahasa.
Ada dua teori psikologi belajar bahasa yang diimplementasikan dalam pembelajaran menulis, yaitu :
1.      Teori Behavioristik
Teori ini relative sederhana, yakni suatu pandangan mengenai pilaku belajar yang kuncinya adalah peniruan model. Teori behavioristik menjadi landasan psikologis lahirnya metode audio-lingual dalam pembelajaran bahasa. Belajaran bahasa dilaksanakan dengan menguasai kaidah-kaidah secara mekanistik. Siswa dilatih berbahasa selaras dengan pola yang disepakati tanpa penyimpangan dengan telrnik driil.
2.      Teori Kognitif
Teori ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki peranan yang aktif dalam belajar. Pengajaran yang berdasarkan teori kognitif menekankan proses belajar aktif terutama aktif secara mental (melukiskan proses mental atau proses berpikir), di dalam mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya. Berbagai bentuk metode belajar aktif seperti metode pemecahan masalah, penelitian, pengamatan, deduktif, induktif dan lain-lain merupakan metode-metode khas dari teori ini.
Landasan Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang di dasarkan pada paham konstruktivisme. Esensi teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus secara individu menemukan dan mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri (Nur dalam Wikandari, 1999:3).
Ide utama teori ini adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan sendiri, otak siswa dianggap sebagai mediator alami proses masukan dari lingkungannya dan menentukan apa yang akan dipelajari.
Suparno (1997:49) menguraikan prinsip-prinsip teori konstruktivisme  sebagai berikut.
1.       Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri secara aktif baik melalui proses personal maupun sosial,
2.       Pengetahuan tidak dapat dipindahkan maknanya dari guru kepada siswa.
3.       Siswa membangun pengetahuannya terus menerus sehingga terjadi perubahan konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmiah.
4.       Peran guru hanya membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses pembentukan pengetahuan dapat terjadi dengan mudah.
Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top-down (siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan dengan bantuan guru keterampilan dasar yang diperlukan) dari pada bottom-up (membangun keterampilan dasar setahap demi tahap menjadi keterampilan yang lebih kompleks ).
1.     Teori Belajar Piaget
Dalam Teorinya Piaget memandang proses bervikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak (Soemanto,1998:130).
Piaget memandang perkembangan intelektual atau kemampuan kognitif terjadi melalui empat tahap yang berbeda, yaitu (1) skema (struktur kognitif ) (2) Asimilasi (3) Akomodasi (4) Ekuilibrasi
2.    Teori belajar Vygotsky
Teori Vygotsky didasarkan pada dua ide utama yaitu (1) perkembangan intelektual dapat di pahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman siswa (2) perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyaratn(sign system) dengan system-sistem isyarat itulah individu-individu tunbuh (Nur,1993:31)
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan merupakan salah satu dari bidang-bidang dalam teori, riset, dan latihan dalam pendidikan. Pembelajaran kooperatif hadir ketika siswa bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tujuan belajar bersama (Johnson& johson,1999:1)
Sekaitan dengan itu,Killen (1998:82) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan suatu teknik pengajaran dan suatu filosofi pembelajaran yang mendorong siswa-siswanya umtuk bekerja sama dan untuk memaksimalkan belajar mereka sendiri dan belajar dengan temanya.
 Pembelajaran Kooperatif  Tipe STAD (Student Team Achievment Division)
STAD ( Student Team Achievment Division ) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi, dan agar saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya melalui lima tahap, yang meliputi: (1) tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes individual, (4) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan (5) tahap pemberian penghargaan kelompok (Salvin, 1995:71)
Evaluasi Pembelajaran Kooperatif
Pelaksanaan evaluasi pada banyak sekolah masih menggunakan system pringkat. Dalam system ini, siswa dibandingkan dengan teman sekelasnya dan dimasukan dalam urutan berdasarkan prestasi belajarnya.
Menurut Lie (2002:08) nilai kelompok bisa di bentuk dengan beberapa cara pertama nilai kelompok bisa di ambil dari nilai terendah yang di dapat siswa dalam kelompok. Kedua nilai kelompok juga bisa di ambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok dan sumbangan setiap kelompok