Model
Pembelajaran Berbicara
Berbicara Seperti telah kita ketahui
bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita awali dengan mendengarkan dan
diakhiri dengan memahami atau menanggapi
Di sini ada beberapa model
pembelajaran berbicara yaitu :
1.
Model Pemebelajaran Bermain peran
Model pembelajaran bermain peran merupakan salah satu sub
bagian dari Model Pembelajaran berbicara
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub bagian yang lain dari model
pembelajaran Berbicara yaitu : Ulang Ucap, Lihat Ucapkan, Memerikan,
Menjawab Pertanyaan, Bertanya, Reka Cerita Gambar, Melanjutkan Cerita,
Menceritakan Kembali, Bercerita dan Parafrase.
Model pembelajaran bermain peran merupakan pembelajaran
terakhir pada model pembelajaran berbicara.
Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran
tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran
berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain
Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran
peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara
atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta
didik akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk
ditampilkan di depan kelas nanti.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya,
sebagai berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Siswa dibagi dalam beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
- Guru menyiapkan scenario/naskah dengan tema cerita yang menarik.
- Ketua kelompok membagi peran masing-masing sesuai yang terdapat dalam scenario. Guru pun dapat memegang salah satu peran apabila dirasakan memang perlu.
- Tiap-tiap pemain menghapalkan dialog dalam scenario.
- Guru menunjuk salah satu kelompok yang sudah benar-benar siap untuk menampilkan naskah pementasan.
- Demikian seterusnya sampai seluruh kelompok tampil.
- Evaluasi, meliputi lafal,intonasi,ekspresi, penghayatan dan penampilan.
- Kesimpulan.
Kemampuan
membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harus Bapak/Ibu
kuasai sebagai seorang guru yang benar-benar profesional. Alasannya, kemampuan
mendesain pembelajaran sangat berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas
Bapak/Ibu di lapangan sebagai pemegang kendali proses pembelajaran yang
berlangsung di dalam kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka seorang Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka seorang Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
2.
Model Pembelajaran Parafrase
Model pembelajaran parafrase merupakan salah satu sub
bagian dari Model Pembelajaran berbicara
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub bagian yang lain dari model
pembelajaran Berbicara yaitu : Ulang Ucap, Lihat Ucapkan, Memerikan,
Menjawab Pertanyaan, Bertanya, Reka Cerita Gambar, Melanjutkan Cerita,
Menceritakan Kembali, Bercerita dan Bermain Peran.
Model pembelajaran Parafrase
merupakan pembelajaran berbicara tingkat lanjut sebelum pembelajaran Bermain
Peran. Beberapa unsur Parafrase yaitu :
A. Parafrase Kalimat ; artinya
memisahkan/memenggal sebuah kalimat menjadi beberapa kata menurut jabatannya, yaitu : Subyek, Predikat,
Obyek, Keterangan.
B. Parafrase Suku Kata ; artinya
memisahkan/memenggal sebuah kata menurut suku katanya.
C. Parafrase Puisi ; artinya mengubah bentuk
puisi ke bentuk prosa/narasi.
Media yang bisa digunakan : kartu
kalimat, kartu kata, kartu suku kata, teks puisi ( sesuai KMB).
Salah satu contoh langkah-langkah
pembelajarannya, sebagai berikut :
1.Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran/KD.
Guru memasang beberapa kartu kata menjadi sebuah kartu
kalimat, lalu memberi contoh paraphrase/memenggal kalimat tersebut menjadi
potongan beberapa kartu kata menurut jabatan kalimatnya (SPOK) lalu
mengucapkannya kata per kata.
2.Peserta didik mencoba
melakukan seperti apa yang dilakukan guru dengan kartu kalimat yang lain.
3.Pada paraphrase puisi, guru dapat
menjelaskan teknik paraphrase puisi yaitu dengan menyisipkan sebuah kata di
antara kalimat puisi, lalu menyusunnya menjadi sebuah paragraf.
4.Setelah paragraf selesai siswa lalu
membacakannya.
5.Demikian seterusnya sampai seluruh
siswa maju mengucapkan paraphrase kalimat atau puisi, dan bukan menuliskannya
karena ini model pembelajaran berbicara.
6.Evaluasi.
7.Kesimpulan.
Kemampuan membuat desain
pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harus Bapak/Ibu kuasai
sebagai seorang guru profesional. Alasannya, kemampuan mendesain
pembelajaran sangat berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas Bapak/Ibu di
lapangan sebagai pemegang kendali proses pembelajaran yang berlangsung di dalam
kelas.
Namun tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
Namun tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
3.
Model Pembelajaran Bercerita
Model pembelajaran bercerita
merupakan salah satu sub bagian dari Model Pembelajaran berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub bagian yang
lain dari model pembelajaran Berbicara yaitu : Ulang Ucap, Lihat Ucapkan,
Memerikan, Menjawab Pertanyaan, Bertanya, Reka Cerita Gambar, Melanjutkan
Cerita, Menceritakan Kembali, Parafrase, Bermain Peran.
Model pembelajaran bercerita merupakan pembelajaran
berbicara yang hampir sepenuhnya pemikiran peserta didik sendiri. Guru hanya
sebagai moderator dan motivator. Pada pembelajaran awal dimungkinkan mengangkat
tema-tema cerita dari gagasan peserta didik sendiri, namun seiring waktu
ide/tema cerita berasal atau ditentukan guru. Tentu saja tema cerita yang
menggugah, menarik dan aktual. Bisa juga dimulai cerita dari lingkungan
kehidupan sehari-hari peserta didik, lalu menuju lingkungan/kawasan yang luas
dan lebih kompleks.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya,
sebagai berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Guru mendemonstrasikan bercerita di depan peserta didik dengan tema cerita yang nenarik.
- Siswa mencoba mendemonstrasikan bercerita tentang peristiwa menarik yang baru saja dialami di depan kelas (sementara sambil duduk dulu juga boleh).
- Agar semua siswa mendapat giliran, bisa juga penunjukkannya dilakukan dengan cara diundi seperti arisan.
- Agar lebih meriah dapat pula digunakan media televisi yang tengah menyiarkan acara menarik misalnya lintas berita, flora fauna, film anak-anak, dsb.
- Setelah selesai menyaksikan acara tertentu di televisi, peserta didik mencoba bercerita tentang peristiwa /film tersebut dengan menggunakan bahasanya sendiri.
- Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk bercerita.
- Evaluasi.
- Kesimpulan.
Kemampuan
untuk membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harus Bapak/Ibu kuasai sebagai
seorang guru. Alasannya, kemampuan mendesain pembelajaran sangat berkaitan
langsung dengan pelaksanaan tugas Bapak/Ibu di lapangan sebagai pemegang
kendali proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang paling sempurna, maka Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang paling sempurna, maka Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
4.
Model Pembelajaran Menceritakan
Kembali
Model Pembelajaran Menceritakan
Kembali merupakan salah satu sub bagian dari Model Pembelajaran Berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Sub bagian yang lain dari model pembelajaran Berbicara yaitu : Ulang
Ucap,Lihat Ucapkan, Memerikan, Menjawab Pertanyaan, Bertanya, Reka Cerita
Gambar, Melanjutkan Cerita, Bercerita, Parafrase dan Bermain Peran.
Model pembelajaran Menceritakan Kembali merupakan kelanjutan
dari model pembelajaran Melanjutkan
Cerita. Maka dikandung pengertian bahwa setelah peserta didik dan guru
menguasai pembelajaran Melanjutkan Cerita maka akan meningkat ke model
pembelajaran Menceritakan Kembali. Di dalam model pembelajaran ini peserta
didik sudah mulai belajar mandiri merangkai kata-kata dan kalimat sendiri
meskipun secara sederhana. Bukan tanpa kendala
tentunya, karena mungkin peserta didik akan mengalami :
a. Dihinggapi perasaan malu dan
canggung untuk melakukan praktik menceritakan kembali
b. Sering terjadi macet di jalan, atau kehabisan
kata-kata/kalimat.
c. Sering terjadi pengulangan kata-kata yang
sama/itu-itu saja.
Untuk
menangani masalah/kendala di atas solusi yang dapat ditempuh antara lain :
a).
Pemberian motivasi yang cukup pada para peserta didik.
b). Guru
sering memberi umpan di mana dirasa diperlukan saja.
c). Perlu
memperluas/menambah perbendaharaan kata dan kalimat para peserta didik.
d). Tema-tema cerita hendaknya yang menarik, actual, sesuai
dengan minat dan motivasi peserta didik.
Sebagai salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Guru menceritakan suatu peristiwa sehari-hari secara sederhana dalam satu paragraf.
- Guru memberi tugas salah satu peserta didik untuk menceritakan kembali peristiwa tersebut dengan kata-kata peserta didik sendiri.Hal ini dilakukan tanpa peserta didik maju ke depan kelas tetapi cukup di mejanya sendiri.
- Guru menunjuk peserta didik yang lain untuk melakukan hal yang sama.
- Guru menceritakan peristiwa yang lain, sedangkan peserta didik tekun memperhatikan.
- Kadang dengan cara ditunjuk peserta didik akan enggan, maka guru dapat membuat kertas gulungan berisi nama-nama peserta didik lalu dikocok dan diundi, maka yang namanya muncul/keluar harus berani maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan guru.
- Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju untuk menceritakan kembali.
- Evaluasi.
- Kesimpulan.
Kemampuan
membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harus Bapak/Ibu
kuasai sebagai seorang guru. Alasannya, kemampuan mendesain pembelajaran sangat
berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas Bapak/Ibu di lapangan sebagai
pemegang kendali proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Tidak
ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka Guru dituntut untuk mampu
memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan
dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
5.
Model Pembelajaran Bertanya
Model pembelajaran bertanya
merupakan salah satu sub bagian dari Model Pembelajaran Berbicara pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sub bagian yang lain dari model pembelajaran
Berbicara yaitu : Lihat Ucapkan, Memerikan, Menjawab Pertanyaan, Reka Cerita
Gambar, Melanjutkan Cerita, Menceritakan Kembali, Bercerita, Parafrase dan
Bermain Peran.
Model pembelajaran bertanya merupakan pembelajaran
lanjutan setelah siswa melampaui model pembelajaran menjawab pertanyaan. Model pembelajaran ini kebalikan daripada
model pembelajaran Menjawab Pertanyaan. Karena pada model pembelajaran ini
siswa dilatih untuk menguasai kemampuan bertanya bukan menjawab pertanyaan.
Bagi siswa tentu bukanlah hal yang mudah.
Ada beberapa kendala yang
layak mendapatkan perhatian dari guru sehubungan dengan kemampuan bertanya
siswa, di antaranya :
1). Siswa
kesulitan bertanya karena merasa malu/kurang percaya diri.
2). Siswa kesulitan bertanya karena belum sepenuhnya
menguasai materi sehingga tidak tahu apa yang mesti ditanyakan.
3). Siswa kesulitan bertanya karena merasa takut/khawatir
nanti dianggap bodoh.
4). Siswa kesulitan bertanya karena kesulitan mengungkapkan
kalimat pertanyaan meskipun sebenarnya ia tahu apa yang belum
diketahuinya.
Untuk mengatasi
kendala seperti di atas guru dapat mengambil beberapa langkah misalnya
1). Memberikan reward kepada siswa yang berani bertanya.
2). Guru mengusahakan agar materi pembelajaran dapat
dikuasai siswa secara optimal.
3). Pemahaman bahwa bertanya bukan berarti bodoh, tetapi
salah satu kemampuan berbicara.
4). Peningkatan kemampuan bertanya siswa melalui
contoh-contoh kalimat pertanyaan. Misalnya penggunaan partikel kah
dan Kata Tanya (apa, siapa, mengapa, bagaimana, dimana, bilamana,
berapa).
Metode yang dirasakan paling tepat adalah Tanya jawab dan
bermain peran. Guru dapat memotivasi siswa agar mau dan mampu bertanya antara
lain dengan cara melontarkan pertanyaan-pertanyaan pancingan terlebih dahulu,
lalu secara bertahap tanpa terasa biarkan siswa mendominasi bertanya.
Salah satu
contoh langkah-langkah pembelajarannya,
sebagai berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 siswa.
- Guru merangsang motivasi siswa dengan menceritakan sebuah peristiwa yang menarik namun cerita tersebut tidak sempurna.
- Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan sehubungan isi cerita guru tadi yang sengaja dibuat belum sempurna sehingga menimbulkan tanda tanya/keingintahuan siswa.
- Kelompok yang mengajukan pertanyaan secara benar akan mendapatkan poin (untuk merangsang persaingan/kompetisi siswa).
- Kelompok yang terbanyak mendapatkan poin menjadi pemenang dan diberi reward.
- Evaluasi.
- Kesimpulan.
Kemampuan
membuat desain pembelajaran merupakan fokus kompetensi yang harus Bapak/Ibu
kuasai sebagai seorang guru. Alasannya, kemampuan mendesain pembelajaran sangat
berkaitan langsung dengan pelaksanaan tugas Bapak/Ibu di lapangan sebagai
pemegang kendali proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
Tidak ada metode pembelajaran Berbicara yang sempurna, maka Guru dituntut untuk mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas.
6.
Model Pembelajaran Ulang Ucap
Model pembelajaran ulang
ucap merupakan salah satu sub bagian dari Model Pembelajaran Berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Sub bagian yang lain dari model pembelajaran Berbicara yaitu : Lihat Ucapkan, Memerikan, Menjawab
Pertanyaan, Bertanya, Reka Cerita Gambar, Melanjutkan Cerita, Menceritakan
Kembali, Bercerita, Parafrase, Bermain Peran.
Model pembelajaran ulang ucap merupakan pembelajaran
tingkat awal/pertama pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model
pembelajaran ini sebagai langkah awal/dasar bagi pembelajaran selanjutnya yaitu
model pembelajaran Lihat Ucapkan. Langkah pembelajaran dan proses pembelajaran
Ulang Ucap dapat menyerupai model pembelajaran Dengar Ulang Ucap (Mendengarkan), namun boleh divariasikan
dan dikombinasikan agar lebih kreatif dan menyenangkan asal tetap mengacu pada
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam model pembelajaran Ulang Ucap
dititikberatkan pada lafal dan
intonasi yang jelas dan tepat.
Salah satu contoh langkah-langkah pembelajarannya, sebagai
berikut :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
- Guru mengucapkan sebuah kata atau kalimat sederhana dengan intonasi yang jelas.
- Guru menyuruh seluruh siswa bersama-sama mengulang ucapan/kata-kata yang baru saja diucapkan guru.
- Guru menunjuk salah satu siswa mengulang ucapan/kata-kata yang baru saja diucapkan guru, dilanjutkan dengan siswa yang lain.
- Guru mengulangi lagi dengan ucapan kata-kata/kalimat yang lain, lalu melakukan langkah ketiga dan keempat.
- Guru menunjuk salah satu siswa mengucapkan sebuah kata/kalimat, lalu siswa yang lain mengulang ucapan kata/kalimat tersebut.
- Demikian seterusnya sampai seluruh siswa maju mengulang ucapan dari guru atau siswa.
- Evaluasi.
- Kesimpulan.
Menurut
saya model pembelajaran berbicara yang paling tepat adalah model pembelajaran
bercerita melalui bercerita siswa bisa bercerita tentang pengalaman yang di
alami juga dengan bercerita akan meningkatkan kemampuanya bercerita.